KEWIRAUSAHAAN STRATEGIS: KESENJANGAN & PELUANG

Avanti Fontana
Faculty Member Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
CIS Lead Facilitator & Coach

Kewirausahaan Strategis adalah aktivitas pencarian atau penciptaan peluang usaha dan pencarian atau penciptaan keunggulan usaha yang membangun keunggulan daya saing. Pewirausaha dan usaha yang berhasil dan lestari pasti kuat dalam dua kegiatan besar itu.

Hasil riset Masmira Kurniawati tentang pemasaran kewirausahaan dengan riset pada UKM Batik di Jawa Tengah menunjukkan, sebagian besar pewirausaha batik menghadapi tantangan dalam penciptaan peluang kewirausahaan (opportunity-seeking activities) dan pengelolaan keunggulan usaha (advantage-seeking activities). Peneliti menduga ada 90% pewirausaha batik yang masih lemah dalam dua kegiatan itu. Ini ditandai dengan dukungan SDM yang belum kuat dan inovasi pemasaran yang belum optimal.

Hasil riset Vitri Cahyaningsih Mallarangeng tentang kewirausahaan strategis pada UKM Kerajinan di Tasikmalaya Jawa Barat menunjukkan situasi hampir serupa, menunjukkan peta kesenjangan sekaligus peluang kewirausahaan UKM yang berbasis heritage (di) Indonesia. Kewirausahaan belum berjalan secara optimal. Kemungkinan penyebabnya: pilihan strategi usaha yang belum sesuai dalam menghadapi dinamika usaha yang tinggi, kemampuan memimpin dan mengelola kewirausahaan yang belum kuat untuk menopang dan menghadapi besarnya permintaan pasar dan kelangkaan sumber daya (utamanya: manusia/pekerja/pengrajin, bahan baku alamiah, bahan baku dari sumber lokal, dan dukungan regulasi).

Yang perlu ditilik lebih lanjut dalam riset-riset selanjutnya adalah keberadaan kemampuan kolektif pewirausaha dalam menemukan atau menciptakan peluang inovasi dari kelangkaan sumber daya dan melimpahnya permintaan pasar, yang harus didukung oleh kemampuan internal organisasi yang nyata termasuk perangkat dan mesin kreativitas dan inovasi yang handal sebagai instrumen kewirausahaan.

Permintaan yang meningkat dan kelangkaan sumber daya dapat melahirkan peluang-peluang baru wirausaha seperti keberanian meningkatkan harga produk (karena nilai manfaat dari produk yang ditawarkan sudah cukup atau bahkan sangat tinggi) untuk meningkatkan marjin keuntungan yang dapat dikelola lebih lanjut untuk memperoleh sumber daya yang dibutuhkan demi kelangsungan produksi dan mampu memenuhi kebutuhan pasar dengan lebih efisien dan efektif.

Pasar yang menyebar di mana-mana, yang dialami sebagian besar pewirausaha pengrajin, dapat membuat usaha kurang fokus bila tanpa dukungan usaha yang memadai. Pewirausaha belum dapat mengantisipasi pasar dominan di samping permintaan yang datang dari mana-mana lewat ekspose promosi lewat dunia maya. Jika karakter pasar memang menyebar dan produk berkualitas yang ditandai dengan permintaan terus meningkat maka pewirausaha dapat melakukan pembedaan harga karena karakter pembiayaan dan investasi sumber daya yang berbeda dan menuntut pembaruan.

Pewirausaha yang “kelabakan” saat menghadapi permintaan meningkat dan menghadapi kelangkaan sumber daya dan pada saat yang sama belum mampu memenuhi permintaan pasar dengan cepat harus segera melakukan inovasi strategi atau perubahan strategi bisnis. Riset Mallarangeng (2012) mendekati strategi bisnis tersebut dengan tiga jenis strategi putar haluan (turnround strategy) yang menekankan pada (1) pertumbuhan pasar (growth), (2) pertahanan daya saing (sustaining & durability), dan (3) penghematan (cut-back action).

Pewirausaha perlu menerapkan fokus strategi bisnisnya untuk menunjang usaha-usaha penemuan atau penciptaan peluang (opportunity-seeking activities) dan pembangunan keunggulan daya saing (advantage-seeking activities).

Situasi permintaan pasar berlebih namun kurang sumber daya untuk produksi dan pemasaran atau situasi pewirausaha yang sedang mengalami kekurangan permintaan namun kelebihan sumber daya, kedua situasi itu membawa peluang kreativitas dan inovasi untuk membangun kewirausahaan mereka. Jadi Kewirausahaan Strategis sebagai instrumen strtageic management ditandai dengan tingginya:

1. orientasi kewirausahaan (entrepreneurial mindset, entrepreneurial culture, entrepreneurial leadership);
2. kemampuan mengelola sumber daya dan strategi usaha yang tepat (managing resources strategically);
3. kreativitas dan keunggulan proses inovasi (applying creativity & developing innovation);
4. keunggulan daya usaha (competitive advantage)

Orientasi Kewirausahaan ditandai antara lain dengan kemampuan mengidentifikasi peluang usaha, yang dipupuk oleh sikap-sikap dan tindakan-tindakan berikut ini:

(1) Senang mencari peluang usaha; pewirausaha dan timnya selalu mencari cara untuk mengambil manfaat dari situasi yang kurang menyenangkan yang dihadapi pada bisnis dewasa ini. Pewirausaha berhasil menciptakan peluang usaha dari kelangkaan sumber daya atau dari pasang surutnya permintaan pasar;

(2) Tekun mencari peluang usaha yang menjanjikan dan mampu menganalisis kelayakannya untuk diteruskan dalam proses inovasi;

(3) Fokus mengeksploitasi peluang yang sudah ditemukan atau diciptakan; dan

(4) Berkomitmen melibatkan setiap orang dalam mengidentifikasi dan mencari peluang usaha.

Hasil penelitian Fontana (2012), Kurniawati (2012), dan Mallarangeng (2012) menguatkan simpulan Rerangka Kerja Kewirausahaan Strategis bahwa keunggulan daya saing dapat dicari dan ditemukan atau diciptakan hanya ketika perusahaan memiliki kemampuan untuk melakukannya.

Rerangka kerja kewirausahaan strategis mencakup orientasi untuk menyesuaikan dengan waktu yang tepat dalam mengeksploitasi peluang usaha. Pewirausaha dengan strategi bisnis Prospektor (prospector) biasanya menekankan pada kegiatan eksplorasi peluang-peluang usaha untuk menjadi yang pertama di pasar. Kapabilitas usaha prospektor pertama-tama adalah pada eksplorasi peluang usaha dan kedua pada eksploitasi peluang usaha khususnya pada tahap komersialisasi untuk mendukung tujuannya menjadi yang pertama di pasar. Pewirausaha dengan strategi bisnis Analis (analyzer) menekankan pada eksplorasi peluang usaha yang belum dilihat oleh para Prospektor, yang asalnya bisa dari hasil-hasil eksploitasi usaha yang sudah ada. Keunikan dalam pengelolaan sumber daya analis memungkinkan mereka mencapai posisi kedua atau ketiga di pasar atau menjadi pengikut yang baik (successful followers).

Selain Polapikir Kewirausahaan yang tepat, organisasi harus memiliki Budaya Kewirausahaan yang efektif, ditandai oleh berbagai harapan perilaku dan norma kerja untuk menciptakan dan menemukan peluang usaha dan memfasilitasi organisasi mengelola kewirausahaan strategis.

Budaya dan Kepemimpinan Kewirausahaan menjadi faktor krusial yang membangun orientasi kewirausahaan. Kepemimpinan Kewirausahaan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain dalam mengelola sumber daya secara strategis yang menekankan pada tindakan mencari peluang dan membangun keunggulan daya saing. Kepemimpinan wirausaha ditandai dengan kemampuan pewirausaha:

1. Membangun kapabilitas usaha seperti kemampuan beradaptasi, kreativitas, pandai mengelola sumber daya secara strategis.

2. Melindungi inovasi sehingga tidak mengancam model bisnis yang ada.
Individu dapat melihat inovasi perontak (disruptive innovation) sebagai hal yang mengancam—secara personal dan organisasi. Pemimpin kewirausahaan yang efektif berbagi informasi secara terbuka dengan anggota-anggota organisasi untuk menggambarkan potensi manfaat eksploitasi inovasi-inovasi perontak (e.g., merangsang pengembangan keunggulan daya saing).

3. Memaknai peluang atau melihat pentingnya peluang. Besarnya kemungkinan individu melihat perlunya mencari peluang usaha dan mengembangkan keunggulan daya saing untuk kemudian mengeksploitasinya akan meningkat ketika peluang-peluang tersebut merupakan bagian dari daftar peluang strategis. Pemimpin kewirausahaan dapat mengkomunikasikan nilai peluang dan bagaimana mengeksploitasi peluang-peluang tersebut serta berkontribusi pada pencapaian tujuan-tujuan individu dan organisasi.

4. Pewirausaha mampu menyadari, menyusun, dan mengubah asumsi kunci tentang industri dan pasar yang mempengaruhi perilaku pencarian peluang dan keunggulan daya saing. Semua asumsi harus dipertanyakan secara rutin untuk memastikan keabsahannya. Pemimpin usaha mengevaluasi asumsi-asumsi yang melatarbelakangi logika dominan untuk memastikan bahwa perusahaan berhasil dalam mengidentifikasi peluang-peluang usaha.

5. Pewirausaha mengkaji pertanyaan-pertanyaan tentang kelayakan pasar, tujuan perusahaan, makna sukses usaha dan hubungan perusahaan dengan pemangku kepentingan yang berbeda. Pewirausaha perlu meninjau kembali pertanyaan-pertanyaan secara rutin karena jawaban atas pertanyaan tersebut mempengaruhi hasil identifikasi peluang usaha dan bagaimana perusahaan mengelola sumber daya untuk mengeksploitasi peluang usaha.

6. Pewirausaha yang efektif percaya, untuk menciptakan nilai yang paling menguntungkan, perusahaan harus seimbang dalam kewirausahaan strategis. Keinginan ini dapat dicapai ketika polapikir kewirausahaan atau entrepreneurial dalam mengembangkan budaya kewirausahaan membantu mereka mengembangkan budaya kewirausahaan strategis.

BAGAN 1. MODEL KEWIRAUSAHAAN UNGGUL
Sumber: Fontana (2012a); Fontana (2012b).

Simpulan
1. Kesenjangan kewirausahaan strategis yang pertama: rendahnya orientasi kewirausahaan yang melemahkan kemampuan organisasi mengelola sumber daya dan mengalokasikannya. Orientasi kewirausahaan sebagai kapabilitas organisasi belum mendukung strategi usaha dalam mengeksploitasi peluang usaha. Kegiatan kewirausahaan yang dilakukan belum berbasis strategi dan orientasi kewirausahaan. Peluang usaha potensial tidak berhasil direalisasikan karena kemampuan pengelolaan sumber daya belum berjalan efektif. Ada keterlepaskaitan antara orientasi kewirausahaan dan strategi usaha. Situasi ini tidak saja menunjukkan adanya kesenjangan tetapi juga sekaligus melahirkan peluang kewirausahaan strategis! Peluang kewirausahaan strategis dalam bentuk pemerkayaan aktivitas pencarian peluang usaha (opportunity-seeking activities).

2. Kesenjangan kewirausahaan strategis yang kedua: pilihan strategi kewirausahaan kurang tepat atau takut ambil risiko ini berdampak negatif pada inovasi sementara strategi bisnis dan inovasi harus koheren konsisten. Inkonsistensi ini ditandai dengan jenis-jenis “inovasi” yang bersifat sporadis, jangka pendek, demi keuntungan sesaat atau sekedar kelangsungan usaha. Ada keterlepaskaitan antara strategi usaha dan inovasi sebagai alat kewirausahaan. Situasi ini tidak saja menunjukkan adanya kesenjangan tetapi juga sekaligus melahirkan peluang kewirausahaan strategis! Peluang kewirausahaan strategis dalam bentuk pemerkayaan aktivitas pencarian keunggulan usaha (advantage-seeking activities).

REFERENSI

Fontana A. 2009, 2010, 2011. Innovate We Can! Manajemen Inovasi dan Penciptaan Nilai. Grasindo. CIS School of Innovation®.
Fontana A. 2012a. Modul Strategic Entrepreneurship, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Dikembangkan untuk pembelajaran dan Seminar Kewirausahaan Strategis pada Program Doktoral Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Fontana A. 2012b. Strategic Entrepreneurship: Tinjauan Pustaka & Hasil Riset. CIS School of Innovation®. Forthcoming.
Fontana A & Kurniawati M. 2012. “Inovasi dan Kewirausahaan Strategis UMKM Batik di Jawa.” Draft Artikel. Belum Dipublikasikan.
Fontana A & Mallarangeng VC. 2012. “Innovation and Strategic Entrepreneurship at Indonesian SMEs.” Draft Artikel. Belum Dipublikasikan.
Ireland RD, MA Hitt, DG Sirmon. 2003. The Model of Strategic Entrepreneurship. Journal of Management 29(6): 963-989.
Kurniawati M. 2012. Kapabilitas Organisasi sebagai Anteseden Proses Inovasi Produk serta Implikasinya terhadap Kinerja Pemasaran: Studi pada UMKM Batik di Jawa dari Perspektif Pemasaran Entrepreneurial. Disertasi Doktoral. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Tidak Dipublikasikan.
Mallarangeng VC. 2012. Pengaruh Lingkungan dan Turnaround Strategy terhadap Inovasi dan Kinerja UKM Kerajinan: Perspektif Strategic Entrepreneurship. Draft Disertasi Doktoral. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Tidak Dipublikasikan.

Iklan Baris: Ikuti Workshop The Practice & Art of Innovation, 8-9 Mei 2012. Kontak Daftar: 0811 9849 105.